Halaman

Kamis, 29 November 2007

Teruntuk Istriku, Dimanapun Dirimu

Assalamualaikum wrwb

Teruntuk istriku tercinta, dimanapun kini kau berada.

Apa khabarmu hari ini? semoga suratku bisa kau terima dan kau baca dengan tenang, bukan dengan prasangka buruk dan  kemarahan yang memuncak. Semoga anak - anak kita pun selalu dalam lindunganNya, amiin.
Sekian lama kita sudah tak berkumpul. Aku tahu, kemarahanmu masih tersisa banyak, dan aku selalu berdoa setiap malam, mohon kepada Allah agar membukakan hati dan pikiran kita masing - masing untuk mencari penyelesaian terbaik dari masalah ini.

Keputusanmu semoga tidak selamanya didasari kemarahan dan emosi  tinggi.  Aku sengaja tidak menghubungi kalian, berharap suasana akan menjadi lebih dingin, dan kau, istriku sayang, bisa berpikir lebih jernih dan melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Aku tidak ingin mengajarimu tentang hidup dan kehidupan. Aku tahu kau pun sudah banyak merasakan asam-garam kehidupan ini. Namun istriku, hidup tidak selalu bisa dijalani dengan cara pandang yang kau miliki.

Hidup dan kehidupan kita semuanya milik Allah. Dan Sang Maha Manager telah memberikan tuntunan kepada kita untuk menjalaninya. Aku senang kau menggunakan nalarmu dalam menjalani kehidupan ini, namun nalar dan hitungan matematis bukanlah satu-satunya jalan keluar dari keinginan dan cita cita kita.

Istriku sayang, masih ingatkah akan ucapanmu bahwa aku adalah nakhoda di biduk cita - cita keluarga sakinah ini? Kau berjanji untuk taat kepada nakhodamu. Kalaupun nakhoda ini salah, kau telah memperingatkan aku, dan aku pun telah mafhum dan mengakui kesalahanku. Namun, perhitunganmu yang cermat dan tak mau berkompromi, tidak bisa aku terima, karena hidup tidak selalu bergantung seratus persen dari perhitungan kita.

Allah sudah menentukan rizki setiap makhluknya. Dan aku ingin menjemput rizki Allah itu disini, bukan di sana. Aku ingin mendapatkan keberkahan dari rizki itu, bukan hanya nilai besar dan gengsi semata. Bukankah itu juga kau baca dalam kitab suci kita? Kitab suci yang kita akui sebagai kitab tuntunan kehidupan di dunia ini?

Cita - citaku tidak hanya di dunia ini, aku yakin kau telah tahu. Kita pun pernah membahas itu. Kenikmatan dunia, akupun masih ingin menikmati. Namun aku tak ingin mengorbankan kehidupan abadiku dalam kenistaan. Tidakkah kau ingin merasakan kebahagiaan berkumpul bersama di surga yang telah dijanjikan kepada kita, untuk orang - orang yang taat kepadaNya? Kalaupun di dunia ini kita tidak berlebihan, tokh kita tidak pernah kekurangan?

Istriku sayang, aku telah banyak mendengar khabar terakhirmu dari teman - teman ku, dan mereka adalah temanmu juga. Mereka  pun berharap agar kau mau merubah pandanganmu tentang bahagia  dan sejahtera ini. Kondisimu mengkhawatirkan aku.  Airmata ini sudah banyak menetes karena teringat  akan dirmu dan buah hati kita. Setiap malam basah mata ini , mengadu kepada Maha Mendengar.

Istriku, aku berharap  surat ini bisa kau baca dengan lapang dada. Semoga Allah memberikan jalan keluar terbaik yang kita inginkan.
Hanya kepada Allah tempat kita bergantung. Semoga tipuan dunia tidak menutup total mata hatimu.
Kutunggu dirimu dalam shalat jamaah yang dulu sering kita lakukan.
Wassalamualaikum wrwb

(Curhat seorang teman, semoga Allah memuliakan dia karena kesabaran dalam menghadapi cobaan berat ini)





Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

4 komentar:

  1. Sebagai seorang suami dan ayah, hati saya tersentuh dengan surat ini...

    Semoga Allah mempertemukan mereka kembali...
    Semoga Allah menguatkan sahabat Pak Yogi dalam menghadapi cobaan dari-Nya...

    Hanya Allahlah satu-satunya tempat mengadu...
    Hasbunallah wanikmal wakiil...

    Wasalam

    Sony

    BalasHapus
  2. pas pertama baca ini..sangkain ini curhatan kang yogi bwat mb ninis...(ato emng iya?? hbs dalem bgt...bnr2 ky ngungkapin perasaan sendiri..plus..kok kyknya crtnya mirip2 gt yak??

    duh..speechless ni...

    BalasHapus
  3. sepintas sempat berpikiran sama kayak dee..tp berharap, siapapun yg sdg mengalami pergolakan batin seperti yang tersebut dalam cerita itu,...tetep ingat komitmen awal pernikahan mereka....sampaikan ucapan ke partner in love-nya si mbak...bahwa si mbak akan bisa dgn segera ikut shalat berjamaah lagi kok......beneran....

    BalasHapus
  4. maaf, ternyata mereka tidak berjodoh, baru miggu lalu saya dapat khabar mereka berpisah..sedih sih, tapi mudah2an itu jalan terbaik buat mereka

    BalasHapus