Halaman

Jumat, 30 November 2007

Keberanian Penjahat dan Pahlawan

Pelaku maksiat/kejahatan dan pahlawan sejatinya memiliki satu hal yang sama, yaitu keberanian. Namun dari satu kesamaan itu, yang membuat mereka memiliki posisi dan sebutan berbeda adalah karena mereka memilih tempat yang berbeda untuk masing-masing keberanian mereka.

Para pahlawan mendapat gelar itu karena menempatkan keberanian mereka di posisi membela nilai - nilai positif yang berlaku di masyarakat. Nilai - nilai kebaikan yang diyakini oleh masyarakat di sekelilingnya. Tentu saja nilai - nilai yang mereka bela adalah nilai kebenaran universal, yang diturunkan Allah kepada setiap manusia yang mau menggunakan akal dan hatinya.

Sementara, para pengkhianat dan penjahat menempatkan keberaniannya pada posisi melawan nilai - nilai positif tersebut.

Menjadi pelacur, penjahat dan koruptor sama - sama memerlukan energi sebesar menjadi para pembela kebenaran, polisi, ataupun pendakwah agama. Andaikan para pelaku kejahatan/maksiat bisa sedikit saja merubah arah dan penempatan keberanian mereka, pastilah sebutan yang disandang akan menjadi lain.

Hidup adalah pilihan. Bahkan tidak memilih diantara dua pilihan yang ditawarkan tetaplah sebuah pilihan. Keputusan memilih sesuatu ditentukan pengalaman - pengalaman masa lalu dan pemahaman atas nilai - nilai kebaikan dan kebenaran yang diyakini. Dan ketika pilihan yang ditetapkan (dianggap) salah, mestinya bukan caci maki dan penghinaan yang keluar dari mulut kita. Tidak inginkah kita membantu saudara -saudara kita tersebut untuk menempatkan keberanian mereka pada posisi yang sebenarnya? paling tidak , doa - doa tulus masih bisa kita kirimkan ke langit, semoga saudara kita masih diberi kesempatan mendapatkan hidayah.

Ya, karena pilihan kita pada posisi "pelaku kebaikan / kebenaran" pun karena kita masih mendapatkan kasih sayang / hidayah dari Nya, bukan semata - mata pilihan sendiri.

Berbahagialah kita yang masih mendapat hadiah / hidayah dari Allah, sehingga bisa melakukan pilihan yang tepat. Semoga kita bisa mengucap syukur atas semua nikmat itu dan tidak menjadikan kita bangga semata dan besar kepala.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar