Halaman

Selasa, 16 Oktober 2007

Mudik Tangerang Bandung Purbalingga (mudik02)

Sampai hari Jumat tanggal 12 Oktober saya masih harus berdinas, karena cuti saya sudah terpakai semua untuk beberapa acara dan keperluan. Jadi, keluarga sudah saya ungsikan ke rumah mertuadi purbalingga beberapa hari sebelum lebaran, karena di rumah mertua juga berkumpul semua anak anaknya , yang tersebar di Sumatra, Jakarta dan Tangerang.
So, setelah shalat ied, maka mulailah rangkaian mudik saya.
Etape pertama adalah tangerang (BSD) ke Cimahi (tempat kakak dan ibunda).
bersama Cepi dimulailah perjalanan yang banyak memberikan hikmah dan pemahaman baru dalam melihat kehidupan . Kenapa bareng Cepi, kok ngak bawa mobil atau naik kendaraan roda empat lainnya?
Jawaban nya , karena Cepi adalah kendaraan bermotor satu satunya yang kami miliki. jadi tidak ada pilihan lain selain dia. Dan kalau bersama Cepi, maka mobilitas untuk silaturahmi menjadi lebih lancar dibandingkan harus naik angkot atau taksi (yg terakhir dicoret karena biayanya jadi mahal hehehe)
Tangerang ,Parung, Bogor, Puncak, Cianjur dan akhirnya masuk kota Cimahi (pinggiran Bandung) ditempuh dalam waktu 5 jam.Ternyata kalau keluar setelah shalat ied, jalanan cukup padat di penuhi oleh masyarakat yang ingin bersilaturahmi dengan kerabat dan tetangga di seputaran Jabodetabek.
Alhamdulilllah selamat sampai Cimahi tanpa halangan berarti, kecuali pantat yang berasa panas karena menduduki cepi selama 5 jam , hanya diselingi istirahat di citatah selama 20 menit untuk makan mie rebus plus ketupat, ditambah minum kelapa muda segar..hmmm yummy.!!
Mudik bersusah -payah, capek, pegal, terbayar lunas setelah bertemu sanak saudara, handai tolan dan khususnya orang tua. Saya bisa merasakan mengapa begitu banyak orang yang memaksakan diri untuk bisa bersilaturahmi setahun sekali , walau beresiko menggunakan sepeda motor sekalipun.
Kembali kepada asal, kembali kepada kenangan -kenangan masa lalu memberikan kebahagiaana tersendiri kepada kami, para mudikers. Merasakan nuansa kekeluargaan, merasakan bahwa kami masih punya saudara, merasakan makanan masa kecil kami, mengingat kenakalan-kenakalan jaman dahulu, membuat kami tertawa lepas. hal yang jarang kami dapatkan di Jakarta. Sebuah suasana yang tidak bisa terbeli dengan uang berapapun yang ditawarkan.Biarpun kami tahu, bahwa setelah mudik/lebaran berlalu, maka kepenatan, kerja keras, dan hingar bingar jakarta akan kembali memberikan polusi kepada jiwa kami.
Ya, mudik membersihkan polusi jiwa kami selama satu tahun terakhir.
Jadi, berbahagialah anda yang masih memiliki kerabat dan orang tua di luar daerah yang bisa di datangi untuk mudik, ditambah anda bisa nyaman bermudik ria dengan menggunakan mobil ber ac , apalagi bisa menggunakan pesawat terbang.Selamat , semoga anda bisa mendapatkan kebahagian yang saya rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar