Halaman

Sabtu, 09 Agustus 2008

Cermin

Mari kita bercermin, kemudian teliti setiap inci dari wajah dan tubuh kita. Bandingkan antara kebaikan dan kehinaan yang telah diperbuat anggota-anggota nya. Rasanya yang terlihat hanyalah dosa dan maksiat.

Yang terpantul hanyalah gambaran kekufuran-kekufuran setiap saat. Jauh dari rasa syukur yang mestinya terucap dalam setiap tarikan nafas kita . Lalu pantaskah kita berucap bahwa kesuksesan dan kemashyuran yang kita terima sekarang adalah buah dari kerja keras dan doa-doa yang kita kirimkan kehadiratNYa.

Mungkinkah semua keberhasilan, kekayaan, kemuliaan dan kegembiraan yang sekarang kita terima adalah buah dari doa-doa mereka yang selama ini diam-diam terucap di belakang kita. Tak terdengar, namun senantiasa membumbung kehadirat Illahi.


Jangan-jangan kesuksesan kita karena doa dari suami/istri yang selama ini kita abaikan, kita hinakan, kita rendahkan martabatnya, namun mereka tidak pernah mengeluh. Yang mereka lakukan adalah berdoa untuk kesuksesan kita.

Ataukah doa orang tua kita yang selama ini kita lupakan jasa-jasa mereka; peluh dan darah yang tertumpah untuk membesarkan kita. Lalu kita lupa seolah-olah itu hanyalah tugas rutin sebagai orang tua yang tak usah terlalu dipikirkan.

Atau pun juga doa dari pembantu, office boy, cleaning service di kantor yang selama ini kita hinakan, tak pernah kita hargai nilai kemanusiaan mereka, seolah-olah mereka hanyalah sebuah mesin, robot yang seharusnya bekerja selama 8-10 jam sehari dengan hanya beberapa lembar rupiah yang kita anggap sudah impas untuk mengganti semua kelelahan dan keringat yang tertumpah.

Bisa saja orang-orang itu, yang selama ini kita lupakan , kita hinakan, kita anggap sepele dalam kehidupan kita , kita tindas mereka, namun mereka mendoakan kebaikan –kebaikan untuk seluruh keluarga dan kehidupan kita.

Bukankah doa-doa orang yang tertindas, orang yang dihinakan langsung melesat ke langit tertinggi untuk kemudian di ijabah oleh pemberi rizki dan penjawab semua doa?

Lalu, masih pantaskah kah kita membusungkan dada untuk semua kesuksesan yang kita raih. Mari kembali bercermin dan kemudian menilai dengan jujur apa yang telah kita lakukan selama ini terhadap orang-orang di sekeliling kita. Kalaupun kita melihat kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan, maka bersyukurlah karena memang itulah yang seharusnya kita lakukan. Bersyukur untuk lebih meningkatkan lagi semua kebaikan tersebut. Wallahu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar