Halaman

Sabtu, 09 Agustus 2008

Aib yang tertutup

Bahagia dan nestapa,sebagaimana tawa dan duka adalah dua sisi berbeda dari keping logam yang sama. Keduanya beriringan berjalan, menemani setiap insan di dunia ini. Dipergilirkan kepada siapapun yang dikehendakiNYA.Maka, ketika kejayaan sedang bertengger di pundak kita, tak perlu membusungkan dada, seolah semuanya adalah hasil karya sendiri belaka.

Kita terlalu sering lupa ketika sedang berjaya, bahwa Allah sedang menguji kita. Namun kala duka derita dan nestapa yang menimpa, maka Allah pun kembali hadir di ujung doa –doa yang terucap, untuk kemudian kembali terlupa, masuk ke dalam peti-peti tua kala permohonan dan minta telah terjawab.

Sesunguhnya kejayaan, kemashyuran , juga nama baik dan harum di mata manusia hanya ada karena satu hal; Allah masih menutupi semua aib dan keburukan kita. Andaikan semua manusia bisa mengetahui aib diri kita, tak kan mungkin ada makhluk di dunia ini yang akan mendekat.

Taubat dan syukur mestinya setiap saat selalu terucap dari bibir kita. Untaian kalimat yang seharusnya selalu menemani setiap detik kehidupan yang kita jalani, membasahi lidah dan bibir, dan pada akhirnya membasahi nurani yang kering kerontang karena terlena kenikmatan duniawi semata.

Maka tatkala aib diri terhijab dari pandangan makhluk, bersyukurlah. Bersujudlah, rendahkan kepala yang selama ini tegak dalam kesombongan . Rendahkan serendah-rendahnya. Merapat dengan tanah yang selama ini kita injak-injak. Semoga kasih-sayangNya selalu tercurah setelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar