Halaman

Jumat, 28 September 2007

Sekolah (Kuliah ) dimana ?

Mata bapak nampak berkaca - kaca.
Belasan tahun kemudian aku bisa merasakan apa yang beliau dulu rasakan.Ya, perasaan bersalah terhadap anaknya...mungkin itu yang beliau rasakan.Dengan kecerdasan yang cukup, aku bisa lulus dari ujian masuk perguruan tinggi / akademi yang aku inginkan. Sebetulnya bukan pilihan pertama, namun pertimbangan ekonomis. Akademi itu hanya berjarak kurang lebih 1 km dari tempat tinggal kami.Jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki.Penghematan...itulah pikiran pertama mengapa pilihan jatuh kepada akademi tersebut. Namun....seperti biasa, masalah keuangan menjadi ganjalan ku untuk bisa melanjutkan sekolah.bahkan, bapak berusaha berhutang untuk bisa menyekolahkan anak ya ini.Perih.....aku yakin, itu yang beliau rasakan ketika tidak berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk pendaftaran awal. Setelah beberapa saat , akhirnya aku putuskan untuk tidak kuliah. Biarlah pak, aku ngak usah kuliah.Mudah-mudahan bisa cari kerja biar ngak nganggur ujarku.Kulihat mata itu kembali berkaca-kaca. Tapi, lulusan SMA mana ada yang siap kerja?pun, ketika akhirnya diwawancarai oleh team dari restoran cepat saji tempat aku melamar pekerjaan, malah mereka yang tidak percaya..."apa adik benar mau kerja? siap pak jawabku, saya terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Apapun akan saya kerjakan.Toh, akhirnya aku tidak diterima bekerja.Hmm cari kerja ternyata ngak gampang!!!
.Pesan bapak saat itu: "Nak, mungkin bapak ngak bisa nyekolahin kamu sampai perguruan tinggi. Bapak minta maaf. Tapi, sekolah bukan hanya di perguruan tinggi. Ada tempat yang bisa menjadi tempat kamu belajar banyak hal, yaitu di masyarakat nak. Belajarlah langsung di masyarakat, pada alam, pada keberhasilan dan keberuntungan orang orang di sekitarmu. Semoga kamu berhasil.Itulah pesan yang aku ingat sampai hari ini.
Sudah 15 tahun kujalani sebagai pegawai pada perusahaan ini,pekerjaan yang surat lamarannya bapak yang buatkan , aku hanya tanda tangan saja.
Namun, setelah semua yang kulalui, aku sampai pada suatu titik dimana aku ingin merubah arah jalanku..
Ya, merubah haluan...pak Mario Teguh dalam bukunya mengatakan, masih banyak berjuta kesempatan kedua di luar sana, asal kau mau melihat dengan seksama.
Tidak bersyukur?maaf...beryukur tidak harus selalu diam di tempat dengan keadaaan yang sekarang dan nrimo apa adanya. Bersyukur harus selalu dinamis, bergerak, memanfaatkan semua anugerah yang Allah berikan kepada kita.
kalau jalan di depanmu kau rasa sudah buntu, pindahkan haluan. Gang Buntu , cari jalan lain!!!
Banyak teman dan saudara menunggu untuk membantu mu mandiri...belajarlah kepada alam,kepada lingkunganmu, kepada saudara-saudara mu. Mereka tidak mengajarkanmu teori - teori yang ada di buku. Mereka sudah melaksanakan sendiri teori itu, atau mungkin melawan teori teori yang ada.
jadi, kamu sekolah dimana??
Aku akan kuliah di tanah abang, di mangga dua, di manapun saudara - saudaraku bisa membagikan ilmunya kepadaku.
Pak...aku sudah diterima sebagai mahasiswa...... ijinkan aku merubah haluan!!
Semoga dari tempat keabadianmu, kau bisa bangga dengan keputusan yang aku ambil..
Aku akan menjadi mahasiswa abadi, yang akan belajar setiap saat....

(pak, aku sudah merasakan kepedihan dan kesusahan yg dulu kau rasakan sebagai orang tua.Insya Allah kujalani dengan ikhlas, seperti yang bapak dan ibu tunjukkan)




1 komentar:

  1. sepakat!!!
    sekolah itu bkn sekedar bangku kuliah alias pendidikan formal aja..
    belajar dr hidup itu lbh seru..lbh aplikatif..lbh berkesan!!
    kn kl g ngrasain jatoh kita ga akan pernah bljr dr kesalahan...tp spy bs bljr..ya hrs berani terbang dulu..
    kn kl ga terbang tinggi ga bs liad 'pemandangan indah' (dikutip dr film Andai Ia Tau..hehehe)
    selamat belajar ya kang..moga2 dee bs bljr ilmu2nya...
    Ganbatte kudasai....sekolah kehidupan sudah menanti..hehehe

    BalasHapus