Halaman

Rabu, 28 Januari 2009

Sampah, dari kita untuk kita


Sampah menjadi berita akhir akhir ini, paling tidak di kota depok. Rame-rame masyarakat memprotes dan mendemo Pemkot Depok yang membangun beberapa titik Unit Pengolahan Sementara yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Tentu saja mereka memprotes karena adanya khekawatiran akan polusi yang ditimbulkan, paling tidak dari aroma tak sedap yang keluar dari tumpukan nya.


Sampah menjadi masalah terutama di kota-kota besar karena kurangnya tempat penampungan akhir. Sehingga terkadang gunungan sampah sering terlihat di kota-kota besar, seperti halnya yang terjadi beberapa saat lalu di Bandung. Selain itu yang berkembang di masyarakat adalah bahwa urusan sampah adalah urusan pemerintah, setelah mereka merasa membayar retribusi sampah. Jika mereka tidak membayar retribusi sampah, biasanya mereka membuang sampah di pinggiran kali, dan urusan dianggap selesai karena sampah mereka sudah tidak tampak di hadapan/dirumah mereka. Urusan menjadi masalah di tempat dan orang lain, tidak dipikirkan.Baru setelah terjadi dikarenakan salah satunya oleh tumpukan sampah, mereka ribut saling menyalahkan.

Sebetulnya pengelolaan sampah bisa dimulai dari sumbernya, yaitu di rumah tangga (sebagian besar dari kita pun sudah tahu). Namun terkadang rasa malas membuat kita tidak pernah melakukan "penatalaksanaan sampah" di rumah tangga kita sendiri.

Menarik melihat apa yang dilakukan eyang sobirin yang menyebut dirinya sobzerowaste.
Beliau melaksanakan management pengelolaan sampah di rumah , sehingga hampir dipastikan sampah di rumahnya mendekati zero, karena semua nya dimanfaatkan. Untuk sampah basah/organik, beliau olah menajdi kompos yang pada akhirnya dipakai untuk memupuk tanaman di rumah beliau. Beliu pun berinovasi dengan membuat MOL (micro Organisme Lokal) yang diapakai sebagai starter pembuatan kompos. Tentu saja ini adalah sesuatu yang sungguh perlu mendapat apresiasi dan perlu dicontoh.

Andaikan setiap rumah tangga bisa melaksanakan hal ini, tentulah pemerintah daerah akan sedikit berkurang bebannya. Dan masyarakat pun juga pada akhirnya yang akan menerima manfaatnya. Sampah adalah hasil aktifitas kita sendiri, cepat atau lambat, langsung ataupun tidak langsung, baik ataupun buruknya pada akhirnya akan kembali lagi kepada kita. Jadi,yang manan pilihan anda? "menghilangkan " sampah nya dari hadapan kita, atau memproses nmya menajdi sesuatu yang berguna? Let's go green

2 komentar:

  1. Kalo kita punya kesadaran untuk mengelola sampah dengan baik, saya pikir akan sangat membantu pemkot dalam menanggulangi masalah yang bikin "bau" ini. Saya dukung Let's go green. Salam kenal, mas Yogi. Main yuk ke blog aku.

    BalasHapus
  2. Salam kenal mas Yogi, kalau masyarakat bisa memulai pengolahan sampah dari rumah tangga akan lain ceritanya. Apalagi kalau semua warga mendukung Let's go green...

    BalasHapus