Halaman

Rabu, 07 November 2007

7 Malaikat Penjaga Langit (6 dan 7)

Kemudian malaikat Hafadhaz naik lagi dengan membawa amal yang lain berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak , puasa , haji dan umroh sehingga sampailah ke langit yang keenam dan berkatalah malaikat penjaga pintu ini: "Saya ini Malaikat penjaga pintu rahmat, nah amal yang seolah -olah bagus ini tamparkanlah ke wajah pemiliknya, salahnya sendiri bahwa dia itu belum pernah mengasihi orang lain. Apabila ada orang mendapat musibah dia merasa senang. Aku diperintahkan oleh Allah bahwa amalnya ini jangan melewatiku, supaya jangan sampai kepada yang lain".

Dan naik lagi Malaikat Hafadzhah ke langit dengan membawa amal si hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad dan wara'. Suaranya pun bergemuruh seperti geledek, cahaya nya pun bagaikan kilat. Begitu sampai kepada langit ketujuh, berkatalah Malaikat penjaga langit yang ketujuh itu : "Saya ini penjaga sum'ah (ingin masyhur), sesungguhnya si pengamal ini ingin termasyhur dalam kumpulan-kumpulan dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawannya yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari npara pemimpin. Allah memerintahkan kepadaku agar amalnya itu jangan sampai melewatiku dan jangan sampai kepada yang lain. Dan tiap-tiap amal yang tidak bersih karena Allah, maka itulah riya. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan amalnya orang-orang yang riya".

Kemudian Malaikat Hafadzhah itu naik lagi dengan membawa amalnya hamba yakni : shalat, zakat, puasa, haji, umroh, akhlaq yang baik dan pendiam tidak banyak omong, dzikir kepada Allah. kemudian diiring oleh Malaikat ke langit ke tujuh sehingga sampai menerobos hijab-hijab dan sampailah ke hadlirat Allah. Para malaikat itu berdiri di hadapan Allah. Semuanya menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih, yang diikhlaskan karena Allah.

Tapi firman Allah : " Kalian adalah Hafadzhah, pencatat amal hambaKu, sedang Akulah yang mengintip hatinya, amal yang ini tidak karena Aku, yang dimaksud olehnya itu adalah selain daripadaKu, tidak diikhlaskan kepadaKU. Aku lebih mengetahui daripada kamu apa yang dimaksud olehnya dengan amalnya itu. Aku laknat mereka, menipu kepada orang lain dan juga menipu kepadamu (Malaikat-malaikat Hafadzhah) tapi Aku ini tidak akan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib-ghaib. Akulah yang melihat isinya hati, dan tidak akan samar kepadaKu setiap apapun yang sembunyi. Pengetahuanku atas apa yang yang telah terjadi, sama dengan pengetahuanKu atas apa yang bakal terjadi. Pengetahuanku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuanKu kepada yang akan datang.PengetahuanKu kepada orang-orang yang terdahulu sebagaimana pengetahuanKu kepada orang-orang yang kemudian".

"Aku leih tahu atas apapun yang lebih samar daripada rahasia, bagaimana akan bisa hambaKU dengan amalnya itu menipu kepadaKu, bisa juga mereka itu menipu kepada makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang mengetahui kepada yang ghaib-ghaib. LaknatKu tetap kepadanya".

Kata ketujuh malaikat dan 3.000 malaikat yang menyertai: " ya Tuhan, dengan demikian tetaplah LaknatMu dan laknat kami semua bagi mereka". Maka semua yang ada di langit mengucapkan Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknatnya orang -orang yang melaknat".

Sayyidina Mu'adz (yang meriwayatkan hadits ini)kemudian menangis dengan terisak-isak dan berkata : ' Ya Rosulullah, bagaimana dari apa yang diceritakan baru saja?".
Sabda Rosul: " Hai Mu'adz, ikutilah Nabimu dalam keyakinan!".

Aku bertanya kembali : Gusti, tuan ini adalah rosulullah, sedangkan saya ini si Mu'adz bin Jabal, bagaimana saya bisa selamat dan bagaimana bisa terlepas dari bahaya tersebut?".

Bersabda Rosulullah saw : "ya begitulah, seandainyadalam amalmu ada kelengahan, maka tahanlah mulutmu jangan sampai menjelekkan orang lain dan juga kepada saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila kamu hendak menjelekkan orang lain, harus ingat kepada dirimu sendiri sebagaimana engkaupun tahu bahwa dirimu pun penuh dengan aib - aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan riya dengan amalmu agar amalmu itu diketahui orang lain. Dan janganlah kamu termasuk ke dalam golongan orang yang mementingkan keduniaan dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal di sebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik olehmu. Dan jangan takabbur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia akhirat. Dan jangan berkata kasar dalam satu majlis dengan maksud supaya orang-orang tajut akan keburukan akhlakmu. jangan membangkit-bangkit apabila berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek(pribadi) orang lain dengan sebab mulutmu, kelakengkau akan dirobek-robek oleh anjing jahanam yakni sebagaimana firman Allah : "Di neraka itu ada anjing -anjing perobek badan-badan manusia". jadi mengoyak-ngoyak daging dari tulang.
Aku berkata: " ya Rosulullah, siapa yang kuat menanggung penderitaan semacam ini?".
Jawab Rosulullah saw: "Muadz, yang kami ceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah swt, cukup untuk menggalang semua itu. Kamu harus menyayangi orang lain sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri. Dan benci kepada orang lain apa apa yang dibenci oleh dirimu sendiri. Apabila demikian maka kamu akan selamat dan pasti dirimu akan terhindar.

Kata Khalida bin Ma'dan (yangmeriwayatkan hadits tersebut dari sayyidina Mu'adz): "Sayyidina Mu'adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya membaca Al-Quran dan mempelajari hadits ini sebagaimana mempelajari Al-Quran dalam majlisnya.


Semoga cuplikan hadits di atas bis menjadikan diri ini lebih waspada terhadap amal-amal yang dilakukan setiap hari.
Hanya kepada Allah lah tempat memohon kekuatan dan perlindungan


Sumber : Menuju Mukmin Sejati
Minhajul 'Abidin
Imam Ghazali
Penerjemah : KH Abdullah bin Nuh
Edisi 2000
Penerbit yayasan Islamic Center Al Ghazali
Bogor, Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar